Meneladani Sifat Allah SWT Melalui Asma'ul Husna

    Asma’ul husna adalah nama Allah yg terbaik. Dapat dikatakan pula sebagai asma Allah yg terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena didalamnya terdapat makna terpuji dan termulia.Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yg sempurna, yg tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak berakhir.

    Allah Swt. memiliki asma’ul husna yang mencerminkan keindahan, kesempurnaan, dan keagungan-Nya. Melalui asma’ul husna Allah Swt.,memperkenalkan diri-Nya agar manusia dapat mengenal-Nya. Pelajaran berharga dan keteladanan dapat dipetik dari asma’ul husna-Nya. Peneladanan terhadap asma’ul husna-Nya menjadikan manusia senantiasa berbuat positif dan berperilaku terpuji. Keyakinan adanya Allah tidak perlu dipertanyakan, namun keyakinan terhadap pemahaman asma’ul husna perlu dipertajamkan.

    Untuk lebih memahami makna asma’ul husna marilah kita perdalam pemahaman kita tentangnya dengan mempelajari beberapa asmaul husna berikut:

1.Al-‘Aziz
Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-‘Aziz adalah :

a). Memiliki sikap tegar dalam menghadapi segala masalah. Tegar dalam menuntut ilmu, menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menghadapi musibah yang datang. Suatu sikap yang patut kita miliki dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

b).Senantiasa bersikap tegar dan pantang menyerah

2. Al-Wahhab

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Wahhab adalah :

a). Ringan tangan dalam membantu sesama. Jika ada saudara yang kekurangan segeralah dengan cepat dan cekatan membantu mereka. Bantuan yang diberikan dapat berupa materi maupun nonmateri. Jika dikaruniai materi yang melimpah, jangan segan-segan untuk menginfakkannya di jalan Allah.

3.Al-Qayyum
Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Qayyum adalah :

a). Merintis agar dapat hidup mandiri. Sebagai pelajar, pergunakanlah kesempatan belajar yang kita peroleh dengan sebaik-baiknya. Persaingan hidup yang semakin ketat menuntut kita dapat hidup mandiri. Tidak bergantung dan menggantungkan harapan kepada orang. Oleh karena itu, rintislah sikap hidup mandiri dan jangan membiasakan diri bergantung kepada orang lain.

4. Al-Fattah

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Fattah adalah :

a). Aktif dan turut serta dalam mengambil keputusan. Agar dapat turut serta dalam mengambil keputusan, kita harus aktif dalam berbagai organisasi yang ada di masyarakat atau di sekolah. Tentunya organisasi tersebut bukan organisasi yang menyimpang dari aturan agama dan pemerintahan. Dengan demikian, kita dapat turut serta dalam mengambil keputusan. Selain itu, kita juga akan belajar berorganisasi.

b). Belajar sungguh-sungguh agar terbuka pintu kesuksesan. Bersungguh- sungguh dalam berusaha, agar terbuka jalan menuju kesuksesan.

c). Memotivasi teman, saudara, atau diri sendiri agar bekerja keras dan meninggalkan sifat malas demi terbukanya pintu kesuksesan.

5. Al-Hadi

    Agar dapat meneladani asma’ul husna al-Hadi, kita harus memiliki wawasan luas. Wawasan luas serta ilmu pengetahuan yang luas harus dimiliki agar kita dapat memberi petunjuk. Petunjuk yang dimaksud di sini bukanlah hidayah karena hanya Allah yang mampu memberi hidayah. Petunjuk yang dimaksud di sini adalah menjelaskan atau memberi jalan keluar terhadap suatu permasalahan. Misal, ketika teman kita bertanya tentang pelajaran yang telah lalu. Kalian dapat menjelaskannya dan agar dapat menjelaskannya kita harus memiliki wawasan dan ilmu yang luas. Oleh karena itu, rajinlah belajar dan membaca agar wawasan dan ilmu kalian semakin luas.

6. As-Salam

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna as-Salam adalah :

a). Mengucapkan salam. Salam yang kita ucapkan berisi doa keselamatan dan kesejahteraan bagi orang lain. Oleh karena itu, tebarkanlah salam agar keselamatan selalu menyertai setiap langkah kalian dan saudara kalian lainnya.

7. Al-Latif 

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Latif adalah :

a). Memberi maaf kepada sesama yang berbuat kesalahan. Memberi maaf kepada mereka yang telah menyakiti bukanlah sesuatu yang mudah. Kita harus berbesar hati agar dapat memaafkan kesalahan saudaranya. Orang-orang yang memiliki sifat lemah lembut bukanlah orang yang lemah. Justru merekalah orang-orang yang kuat karena mereka mampu menahan hawa nafsunya.

b). Bersikap lembut kepada makhluk-Nya. Sikap lemah lembut dapat diwujudkan dengan sikap peduli terhadap sesama, tidak menyinggung perasaan orang lain, dan memberi maaf kepada orang lain yang berbuat salah.

8. Al-Qawiyy

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Qawiyy adalah :

a). Menggunakan kekuatan yang kita miliki untuk menegakkan kebenaran. Dengan demikian, kekuatan yang kita miliki tidak sia-sia. Orang-orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah Swt. daripada orang mukmin yang lemah.

9. Al-Hafiz

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Hafiz adalah :

a). Menjaga nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita. Selain itu, karunia yang telah diberikan oleh Allah Swt. harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Karunia berupa tubuh seharusnya kita jaga dengan cara berolahraga, mengonsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan, dan menghindari hal-hal yang merusak badan. Karunia berupa tangan hendaknya kalian gunakan dengan sebaik-baiknya. Misalnya untuk membantu sesama, memberi infak, bersedekah, dan menyelesaikan tugas rumah.

10. Al-Wadud

Sikap yang dapat diteladani dari asma’ul husna al-Wadud adalah :

a). Mencintai dan mengasihi semua makhluk ciptaan-Nya. Mencintai dan mengasihi sesama manusia tanpa membedakan warna kulit, status sosial, jenis rambut, dan lain sebagainya. Mencintai sesama manusia dapat ditunjukkan dengan tingkah laku. Misalnya dengan bersikap baik, sopan santun, dan bertutur kata lembut.
    Sebagai penutup, Rasulullah saw. merupakan teladan termasuk dalam mencintai sesama manusia. Rasulullah menunjukkan kasih sayangnya kepada orang-orang yang membencinya. Ingatlah kembali peristiwa hijrah ke Taif. Para penduduk Taif melempari Rasulullah dengan batu hingga berdarah. Bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah? Apakah beliau membalas mereka dengan tindakan yang serupa? Sama sekali tidak. Rasulullah tidak membenci atau membalas tindakan mereka. Sebaliknya, Rasulullah memohonkan ampunan untuk mereka. Sungguh, sikap yang patut kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sayang muaranya adalah kedamaian, sedangkan permusuhan muaranya adalah kerusakan.

11. Al-Karim

Sifat yg dapat diteladani dari asma’ul husna al-Karim adalah :

a). Menanamkan sifat mulia karena Allah SWT Mahamulia dan mencintai orang yg berakhlak mulia.

b). Menanamkan sifat pemurah karena Allah SWT sangat mencintai orang yg bersifat pemurah.

c). Menumbuhkan cinta yg dalam kepada Allah SWT karena tidak  terhingga banyaknya nikmat yg telah diberikan, bahkan ada yg tanpa diminta.

d). Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah SAW.

e). Menumbuhkan sifat pemaaf karena Allah SWT sangat menyukai orang-orang pemaaf.

12. Al-Mu’min

    Kata al-Mukmin berarti percaya. Maksudnya adalah memberikan ketenteraman dan keamanan kepada manusia. Manusia yg mendapatkan ketenangan dan ketenteraman dari Allah SWT di dunia dan akhirat hanyalah mereka yg beriman.

    Semestinya, akhlak muslim sejalan dengan Al-Qur’an dan hadits. Hal ini sebagaimana dikatakan Aisyah RA ketika ditanya oleh para sahabat tentang akhlak Rosulullah SAW. Beliau menjawab, “Akhlak Rosulullah adalah Al-Qur’an.” Seorang muslim adalah umat Nabi Muhammad SAW sehingga sudah seharusnya meneladani Rosulullah SAW, yakni berusaha menjadi insan yg berakhlak Al-Qur’an. Jika diibaratkan, Allah SWT telah menjamin kehidupan orang beriman sehingga selalu tenang dalam menghadapi permasalahan seberat apa pun.

13. Al-Wakil
    Menjadikan Allah SWT sebagai wakil berarti menyerahkan kepada-Nya segala persoalan. Dialah yg berkehendak dan bertindak sesuai dengan “kehendak” manusia yg menyerahkan perwakilan kepada-Nya. Allah SWT yg kepada-Nya diwakilkan segala persoalan adalah Yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, Mahabijaksana, dan segala Maha yg mengandung makna pujian yg wajar untuk-Nya.

    Bisa disimpulkan bahwa agama menganjurkan bertawakal bukan agar seseorang tidak berusaha atau mengabaikan hokum-hukum sebab akibat. Islam hanya menginginkan agar umatnya hidup dalam realita bahwa tanpa usaha tak mungkin tercapai harapan dan tak ada gunanya berlarut dalam kesedihan jika realita itu tidak dapat diubah lagi. Hadapilah kenyataan dan jika kenyataan itu tidak berkenan di hati, usahalah agar kita menerimanya.

14. Al-Matin

    Perwujudan sifat al-Matin bagi hamba adalah berpegang teguh pada tali agama dan tidak ada sesuatu pun yg dapat membuatnya berpaling. Tidak ada kesulitan yg melelahkan dan tidak ada yg dapat memisahkannya dari Yang Mahabenar. Begitu juga saat membela kebenaran, tidak ada seorang pun yg dapat mengancam atau membuatnya diam.

    Selanjutnya, melalui Al-Matin, kita harus menyerahkan segala sesuatu dan urusan hanya kepada Allah SWT karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yg dapat menghalangi jika kita menyerahkan segala sesuatu dan urusan hanya kepada-Nya.

15. Al-Jami

    Allah SWT telah mengumpulkan di alam semesta gugusan galaksi, bintang-bintang, tumbuhan, hewan, dan berbagai macam hal yg saling melengkapi dan mendukung serta semuanya memiliki manfaat.

    Semua itu mendorong kita mengikuti sifat-sifat baik tersebut, antara lain merajut kembali tali persaudaraan atau ukhuwah yg sempat terkoyak dan terputus, berinisiatif mendirikan lembaga-lembaga amal untuk menyantuni kaum fakir miskin, para manula, dan anak-anak yatim, dan berani bergaul dengan beragam latar belakang sehingga mampu mendamaikan dan mencari jalan tengah dari problematika yg dihadapi.

16. Al-‘Adl

    ‘Adl berarti ‘seimbang’. Pengertian ini ditemukan di dalam QS Al-Maidah [5]: 95 dan QS Al-Infitar [82]: 7. Keseimbangan ditemukan pada kelompok yg didalamnya terdapat beragam bagian yg menuju satu tujuan tertentu selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian itu.

   Jadi, jika ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang, pasti tidak akan terjadi keseimbangan (keadilan). Makna inilah yg menimbulkan keyakinan bahwa Allah SWT menciptakan dan mengelola segala sesuatu dengan ukuran dan waktu tertentu guna mencapai tujuan. Keyakinan ini nantinya mengantarkan kepada pengertian ‘keadilan Ilahi’.

17. Al-Akhir

    Allah SWT adalah Dzat yg memiliki sifat kekal dan Mahaakhir yg tidak ada sesuatu pun setelah-Nya. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, tetap kekal dengan kekekalannya. Nma ini disebutkan dalam firman Alllah SWT: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS Al-Hadid [57]: 3)

    Di sisi lain, kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan yg terbatas, seperti hal nya kekekalan surge (janah), neraka, dan apa  yg ada di dalamnya. Allah SWT berkehendak untuk menetapkan makhluk yg kekal dan yg tidak. Sifat kekal tidak dimiliki oleh makhluk. Kekekalan yg ada hanya sebatas kekal untuk beberapa masa (waktu) sesuai dengan ketentuan-Nya .

    Kesimpulannya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai wujud peneladanan terhadap 99 asma’ul husna  Allah Swt. sebagai berikut.

1. Meningkatkan ketaatan kepada Allah Swt., pemilik seluruh makhluk.
2. Meningkatkan ibadah kepada Allah Swt., pemilik nama-nama yang agung dan indah.
3. Berusaha untuk membiasakan hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
4. Mempergunakan dan menjaga karunia Allah dengan sebaik-baiknya
5. Membantu teman atau saudara yang membutuhkan dengan materi atau nonmateri.
6.  Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh agar mampu memberi jalan keluar dan petunjuk.
7. Menebarkan salam yang berisi doa keselamatan bagi mereka yang mendengar atau menerimanya.
8. Membiasakan diri menjadi pemaaf terhadap kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.

Nama kelompok : Monik solistiyowati
                             Restu Asri S.
                             Yunita sari dewi
                             Zuni atika S.